Selasa, 03 Mei 2011

Makalah Sifat Kimia Tanah


SIFAT KIMIA TANAH

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh sifat-sifat kesuburan tanahnya yakni kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau kesuburan fisik lebih mengutamakan tentang keadaan fisik tanah yang banyak kaitannya dengan penyediaan air dan udara tanah, maka kesuburan kimia berperan dalam menentukan dan menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang menyangkut dalam masalah-­masalah ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
Kegiatan pertanian seringkali dijadikan contoh sebagai penghasil utama NPS, karena kegiatan ini umumnya menggunakan bahan kimia yakni pupuk dan pestisida. Penggunaan agrokimia untuk budi daya pertanian dapat mencapai 30 – 50% dari total input produksi pertanian. Input pertanian tersebut berubah menjadi bahan pencemar sebagai akibat penggunaan yang berlebihan atau tingkat kehilangan yang tinggi.
Pencemaran bukan hanya dapat terjadi secara insitu, yakni pada areal dimana budi daya dilakukan, namun berpeluang besar untuk menyebar ke daerah hilir. Adanya keterkaitan melalui daur hidrologi menyebabkan adanya pengaruh yang sangat besar dari daerah hulu terhadap daerah hilir. Perubahan penggunaan lahan yang dilakukan di daerah aliran sungai bagian hulu seperti aktivitas pertanian, pertambangan, industri tidak hanya akan berdampak pada sekitar tempat kegiatan berlangsung, tetapi juga akan berdampak pada daerah hilir di antaranya dalam bentuk perubahan/fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran air.
Dalam hubungannya dengan pencemaran, aliran air mempunyai peranan yang sangat penting karena aliran air baik dalam bentuk aliran permukaan (surface run off) maupun aliran bawah permukaan (subsurface run off) merupakan agen utama pengangkutan, pemindahan, dan penyebaran bahan-bahan pencemar. Oleh karena itu, pencemaran pada suatu agroekosistem selain ditentukan oleh jumlah bahan pencemar, juga sangat dipengaruhi oleh seberapa besar persen air yang jatuh dalam agroekosistem yang berubah menjadi aliran permukaan dan berperan sebagai agen pembawa bahan-bahan pencemar. Tanah atau sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan juga merupakan agen utama pembawa dan penyebar bahan-bahan pencemar pada agroekosistem.
Untuk mencapai rnaksud tersebut, maka pembahasan mengenai sifat kimia tanah ini kita batasi pada. hal-hal yang berkaitan erat dengan masalah-masalah antara lain : Reaksi tanah (pH), sumber ion H, pengaruh pemberian Al.

1. Reaksi Tanah ( pH)
Tersedianya unsur hara bagi tanaman, meningkatnya aktifitas mikro organisme dan reaksi-reaksi kimia lainnya di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah, yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Yang dimaksud dengan reaksi tanah ialah : Sifat keasaman dan kebasaan dari tanah, sehingga kita kenal ada tiga reaksi tanah yaitu : asam, netral dan basa. Secara defenisi dapat dikatakan bahwa pH tanah adalah aktifitas konsentrasi ion.
Suatu larutan yang bersifat asam mempunyai konsentrasi ion H+ lebih besar dari konsentrasi ion sedangkan suatu larutan basa, jika konsentrasi ion H+ lebih kecil dari konsentrasi ion, dan jika konsentrasi ion H+ sama dengan ion maka sutau larutan disebut netral, atau pH nya = 7.
Nilai pH berkisar antara 0 - 14, sedangkan untuk tanah pertanian pH ini berkisar antara 4 - 9. Tanah-tanah di Indonesia pada umumnya berekasi masam dengan pH 4.0 - 5. sehingga tanah-tanah yang ber pH 6.0 - 6.5 sudah dapat dikatakan cukup netral meskipun masih agak masam. Di daerah rawa-rawa seperti pada tanah gambut pH tanahnya lebih rendah lagi yakni sekitar 3.5 - 4.0 dan ada juga yang ber pH lebih kecil dari 3.0 seperti tanah sulfat masam. Reaksi tanah pH yang tinggi dijumpai pada tanah-tanah daerah iklim kering atau pada tanah-tanah bergaram, dapat mencapai pH 8.5 - 9.0.

2. Sumber Ion H
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa kemasaman tanah itu disebabkan oleh aktifitas ion hidrogen. Untuk itu kita harus mengetahui dari mana sumber ion hidrogen tersebut.
1. Ionisasi asam-asam organis.
Pada penguraian bahan organis dihasilkan asam-asam organis seperti asam karbonat. Asam karbonat dapat melepaskan ion H+ dengan cara seperti berikut :
H2ZCO3 <============= > HC03- + H+
2. Ion AI yang terserap :
Jika pH tanah masam sekali, maka Al akan sangat larut yang dijumpaidalam bentuk ion Al dan hidroksida Al. Kedua ion Al trsebut lebih mudah terjerap pada koloid liat daripada ion H+ . Aluminum yang terjerap ini berada dalam keadaan seimbang dengan Al dalam larutan tanah. Oleh twena itu Al berada dalam larutan mudah terhidrolisis, maka Al menapakan ptrnyebab kemasaman atau penyumbang ion H+. Kejadian itu dapat dilukiskan dengan reaksi sebagai berikut :
( Misel ) Al+++ ------------> Al3+
Ion Al terjerap pada misel Ion Al dalam larutan tanah
Selanjutnya ian Al yang berada di dalam larutan tanah dihidrolisis sebagai berikut :
Al3+ + H2O ----------------->
Hidrolisis diatas menghasilkan ian H dan mungkin merupakan sumber utama ion H dalam sebagian besar tanah sangat masam.

3. Pengaruh Pemberian Al dan Logam lainnya terhadap Tanah
Kegiatan pertanian seringkali dijadikan contoh sebagai penghasil utama NPS,
karena kegiatan ini umumnya menggunakan bahan kimia yakni pupuk dan pestisida. Penggunaan agrokimia untuk budi daya pertanian dapat mencapai 30 – 50% dari total input produksi pertanian. Input pertanian tersebut berubah menjadi bahan pencemar sebagai akibat penggunaan yang berlebihan atau tingkat kehilangan yang tinggi. Pencemaran bukan hanya dapat terjadi secara insitu, yakni pada areal dimana budi daya dilakukan, namun berpeluang besar untuk menyebar ke daerah hilir. Adanya keterkaitan melalui daur hidrologi menyebabkan adanya pengaruh yang sangat besar dari daerah hulu terhadap daerah hilir. Perubahan penggunaan lahan yang dilakukan di daerah aliran sungai bagian hulu seperti aktivitas pertanian, pertambangan, industri tidak hanya akan berdampak pada sekitar tempat kegiatan berlangsung, tetapi juga akan berdampak pada daerah hilir di antaranya dalam bentuk perubahan/fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran air.
Dalam hubungannya dengan pencemaran, aliran air mempunyai peranan yang sangat penting karena aliran air baik dalam bentuk aliran permukaan (surface run off) maupun aliran bawah permukaan (subsurface run off) merupakan agen utama pengangkutan, pemindahan, dan penyebaran bahan-bahan pencemar. Oleh karena itu, pencemaran pada suatu agroekosistem selain ditentukan oleh jumlah bahan pencemar, juga sangat dipengaruhi oleh seberapa besar persen air yang jatuh dalam agroekosistem yang berubah menjadi aliran permukaan dan berperan sebagai agen pembawa bahan-bahan pencemar. Tanah atau sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan juga merupakan agen utama pembawa dan penyebar bahan-bahan pencemar pada agroekosistem.
Ada beberapa unsur logam yang termasuk elemen mikro merupakan logam berat yang tidak mempunyai fungsi biologis sama sekali. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan pada organisme, yaitu timbal (Pb), merkuri (Hg), arsen (As), kadmium (Cd) dan aluminium (Al). Toksisitas tidak hanya disebabkan diet logam nonesensial saja, tetapi logam esensial dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan toksisitas. Duxbury (1985) mengklasifikasikan logam berat menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat potensi toksisitasnya terhadap makhluk hidup dan aktivitas mikroorganisme, yaitu 1) ekstrem toksik, seperti Hg; 2) toksik sedang seperti Cd, dan 3) toksik rendah seperti Cu, Ni dan Zn. Logam Pb umumnya terdapat dalam tanaman pangan berasal dari pencemaran atmosfer karena penggunaan bahan bakar fosil. Senyawa Hg anorganik yang masuk ke dalam sistem tanah akan bereaksi cepat membentuk kompleks organik atau diretensi oleh mineral liat, tetapi dalam suasana tereduksi atau dalam sistem drainase dapat mudah terlarut dan bergerak dari satu sistem ke sistem lainnya, dan dalam bentuk metil Hg akan mudah diserap tanaman. Logam arsen (As) terdapat dalam pestisida. Pemakaian pestisida secara terus menerus menyebabkan terakumulasinya As dalam tanah pertanian.
Beberapa sumber yang dapat menyebabkan logam berat masuk dalam ekosistem
pertanian yaitu buangan limbah industri yang masuk ke lahan pertanian, aktivitas pertambangan di bagian hulu daerah aliran sungai, erosi dan dari pupuk dan pestisida yang mengandung logam berat.
Kandungan alami logam pada suatu ekosistem terdampak akan berubah-ubah tergantung pada kadar pencemaran oleh aktivitas sumber pencemar yang membuang limbahnya ke suatu sistem drainase, ketidaksempurnaan pengelolaan limbah pertambangan yang masuk ke ekosistem sungai, erosi, dan di lahan pertanian karena kandungan logam pupuk dan dalam pestisida pertambangan.
Selintas mengingat kembali tentang keracunan logam berat merkuri, walaupun wilayah terdampak bukanlah wilayah aktivitas pertanian. Keracunan merkuri (Hg) adalah keracunan logam pertama yang pernah dilaporkan dan merupakan kasus pertama penyakit keracunan yang masuk dalam daftar undang-undang kesehatan industri. Dalam perkembangan teknologi industri sejak ratusan tahun yang lalu, logam merkuri telah ditemukan terkandung dalam limbah dan mengakibatkan pencemaran lingkungan sungai, danau, dan lautan. Kehidupan organisme perairan yang tercemar Hg akan mengkonsumsi Hg jauh lebih tinggi dari organisme yang hidup di perairan belum tercemar. Kasus Minamata dimana penduduk di sekitar Teluk Minamata banyak mengkonsumsi ikan yang mengandung Hg sekitar 2.600 – 6.600 ug metil-Hg kg, yaitu kandungan metil-Hg dalam taraf yang meracun, sementara ambang batas yang ditentukan oleh FAO/WHO yaitu maksimum 30 ug.
Apabila sistem pertanian menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air tanaman maka sungai yang tercemar ini akan membawa logam-logam berat ke lahan pertanian. Wilayah hulu dari daerah aliran sungai dengan aktivitas pertambangan emas dan perak dapat berakibat pencemaran pada agroekosistem daerah hilir yang menggunakan air irigasi buangan aktivitas pertambangan logam mulai tersebut. Dalam proses pemurnian bahan tambang emas dan perak, logam berat mercuri merupakan kimia yang digunakan dalam proses pemurnian logam tersebut. Sisa hasil proses tambang emas pada pertambangan tradisional tidak pernah dilakukan pengelolaan limbah. Limbah proses aktivitas tambang liar dilepas ke sistem drainase alami, sehingga wilayah hilir dengan beragam aktivitas yang menggunakan air aliran sungai dan pengairan untuk persawahan akan menjadi wilayah terdampak pencemaran logam berat Hg. Apabila tanah pertanian tercemar logam berat Hg, mineralisasi nitrogen dan nitrifikasi akan terhambat, dimana Hg sangat menghambat mineralisasi N pada tanah .Logam berat ini terbawah air hujan langsung tersimpan di permukaan tanah atau masuk ke dalam sistem drainase.
Seiring dengan penggunaan air sungai yang tercemar sebagai sumber pengairan untuk pertanian, limbah padat sungai (sewage sludge) dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah tanah tropika. Sewage sludge kaya bahan organik sehingga dapat menekan aktivitas Al pada tanah tropika. Sludge juga banyak mengandung sejumlah unsur hara esensial N, P, K,Ca, dan Mg. Limbah padat sungai juga kaya akan unsur hara esensial mikro seperti Fe, Mn, Zn dan Cu. Tetapi keberadaan unsur mikro tersebut dan juga logam berat lain seperti Pb, Cd, dan Hg dalam jumlah yang cukup tinggi dapat bersifat toksik bagi tanaman. Lebih jauh, kandungan yang relatif tinggi dari unsur hara mikro dan logam berat lainnya dalam limbah padat sungai yang digunakan untuk bahan penyubur tanah dapat mencemari lingkungan tanah pertanian. Logam berat yang terlarut pada tanah pertanian dapat diserap tanaman dan terbawa oleh hasil panen yang kemudian dikonsumsi oleh manusia dan ternak sehingga logam berat akan masuk ke dalam sistem metabolisme tubuh manusia dan ternak.



Table 1: Distribution of percent exchangeable aluminium for seven* selected districts (Hudson and Hawkins, 1979)
DISTRICT
% EXCHANGEABLE ALUMINIUM
Median pH
 
0-5
6-10
11-15
>15
 
Taree
Maitland
Lismore/Murwillumbah
Bega
Goulburn
Albury
Bathurst/Orange
33.8
56.5
38.6
73.0
19.2
37.3
40.3
19.6
25.4
14.3
16.7
22.2
23.1
18.8
9.8
5.4
10.9
5.5
10.1
11.8
9.9
36.8
12.7
36.2
4.8
48.5
27.8
31.0
5.4
5.8
5.2
5.5
5.2
5.2
5.7

Spesification Alumunium Soil :
Fungsi :
·         Alumunium menginduksi pelepasan senyawa organik yang mengikat ke aluminium berbahaya kation
·         Mengurangi pertumbuhan tanaman pada tanah asam
Akibat kekurangan :
  • Tumbuhan akan tumbuh di tanah asam dan memyebabkan kelianan pada tumbuhan
Akibat kelebihan :
  • keracunan Alumunium terjadi di ujung akar, di mana paparan Al menyebabkan penghambatan perpanjangan sel dan pembelahan sel, yang mengarah ke akar pengerdilan disertai dengan air berkurang dan serapan hara.


Reference :

Bromfield, S.M. (1978) Soil acidity, microbes and manganese availability. CSIRO
Plant Industry Annual Report: 36.
http://www.regional.org.au/au/roc/1981/roc198109.htm
Cregan, P.D., Sykes, J.A. and Dymock, A.J. (1979) Pasture improvement and soil
acidification. Agricultural Gazette of N.S.W. 90 (5): 33.
Winarso, Sugeng. 2005. Kesuburan Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.
Nasional Gava Media Yogyakarta.

Makalah Pembiakan Tanaman Karet

Tanaman Karet

bark dryness 1.jpg

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica(family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran.

 

1. Morfologi Tanaman Karet

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing.Tepinya rata dan gundul Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanagaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :


Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
 Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiasiliensis


2. Daerah Penyerbukan
Tanaman Karet adalah tanaman berumah satu ( monoecus ). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukannya dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang.
Pohon karet mulai berbunga pada umur kurang lebih tujuh tahun, dan bahkan untuk keperluan penenlitian dan pemuliaan telah dicoba untuk merangsang terjadinya pembungaan pada umur kurang lebih lima tahun. Dalam pertumbuhan karet diketahui bahwa menjelang berakhirnya musim hujan daun-daunnya mulai berguguran. Masa gugur daun tidak terjadi secara bersamaan, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya jenis klon dan keadaan iklim setempat.
Penyerbukan bunga karet dapat berlangsung secara sendiri maupun bersilang. Penyerbukan silang terjadi dengan bantuan serangga seperti jenis-jenis nitudulidae, Phloeridae, Curculionidae, jenis-jenis lalat dan tabuhan kecil.
Proses pemasakan buah berlangsung selama 5-6 bulan. Musim panen biji berlangsung pendek, hanya sekitar 1,5 bulan. Sedangkan daya kecambah biji sangat cepat berkurang, terutama bila penanganannya kurang baik. Berdasarkan proses pembuahannya, pada karet dikenal tiga golongan biji, yaitu biji legitim, prope-legitim dan illegitim.

3. Jenis / Varietas Budidaya Tanaman Karet
Seiring dengan perkembangan penelitian dan pengembangan tanaman karet khususnya bidang pemuliaan tanaman, maka telah diciptakan banyak klon yang tujuannnya adalah untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Perlu dipahami bahwa tidak ada klon yang sesuai untuk semua lokasi, setiap klon dirakit dari tetua mereka yang memiliki sifat unggul di satu lokasi namun kurang optimal di lokasi lainnya, dengan kata lain: satu klon akan tumbuh dan berproduksi optimal pada agroekosistem yang sesuai dengan sifat-sifatnya.
Pusat Penelitian Karet telah mengidentifikasi klon-klon menurut potensinya. Pengelompokan ini berdasarkan potensi lateks yang dapat dihasilkan dan juga potensi kayu bila ditebang nanti. Jenis-jenis klon yang dimaksud adalah:
1. Klon Penghasil lateks
2. Klon Penghasil Lateks-Kayu
3. klon Penghasil Kayu
Dengan adanya pengelompokan klon tersebut, pengguna/pekebun dapat memilih jenis klon sesuai tujuannya. Berikut kita bahas satu-persatu.
Klon Penghasil Lateks
http://2.bp.blogspot.com/_XLwB3pSLD-M/S9-R_7kFjjI/AAAAAAAAAPk/ImUuy8RX0Nc/s200/PB+260.jpg
 








Klon-klon yang tergolong dalam kelompok ini memiliki potensi hasil lateks tinggi sampai sangat tinggi, sedangkan potensi kayunya kecil sampai sedang. Klon-klon ini sangat cocok ditanam jika tujuannya adalah untuk mendapatkan produksi lateks yang tinggi, biasa digunakan oleh perusahaan-perusahan besar yang beorientasi pada hasil lateks untuk keperluan pabriknya. contoh klon-klon dalam golongan ini adalah: BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260.
Klon Penghasil Lateks-Kayu
http://4.bp.blogspot.com/_XLwB3pSLD-M/S9-Sn-NT8cI/AAAAAAAAAPs/9O3qjo9GjD8/s200/RRIC+100.jpg
Kelompok ini dicirikan dengan potensi hasil lateks yang sedang sampai tinggi dan hasil kayunya juga tinggi. Klon-klon jenis ini sangat dianjurkan untuk petani karena selain untuk mendaptkan produksi lateks yang tinggi juga dapat diambil kayunya untuk biaya peremajaan. Perusahaan-perusahaan yang mengembangkan perkebunan karet berbasis HTI atau Hutan Tanaman Rakyat juga sangat tertarik dengan klon-klon ini, beberapa contoh klon yang tergolong dalam kelompok ini adalah: AVROS 2037, BPM 1, RRIC 100, PB 330, PB 340, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118.
Klon Penghasil Kayu
Ciri dari kelompok ini adalah potensi kayunya yang sangat tinggi sedangkan potensi lateksnya rendah. Biasanya klon-klon jenis ini tumbuh tinggi-besar sehingga potensi kayunya sangat tinggi. Klon-klon ini bisa menjadi pilihan jika tujuan penanamannya untuk penghijauan dan untuk diambil kayunya. Contohnya adalah: IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78.

4. Potensi Produksi
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya .
Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya.
Hasil karet biasa dimanfaatkan atau diolah menjadi beberapa produk antara lain adalah : RSS I, RSS II, RSS III, Crumb Rubber, Lump, dan Lateks.
Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan di masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit asap/sit angin.
http://gadabinausaha.files.wordpress.com/2011/01/karet-gelang.jpg
Selanjutnya produk-produk tersebut akan digunakan sebagai bahan baku pabrik Crumb Rubber/Karet Remah, yang menghasilkan berbagai bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, bola, sepatu, karet, sarung tangan, baju renang, karet gelang, mainan dari karet, dan berbagai produk hilir lainnya. 
Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer.

5. Pembiakan Tanaman
            Tanaman karet pada umumnya dibiakkan dengan cara okulasi untuk mendapatkan benih yang unggul. Tanaman unggul hasil okulasi umumnya dihasilkan dari pengelolaan intensif kebun entres. Bahan tanaman ini umumnya sangat mahal bagi kebanyakan petani dan juga tidak tersedia di lokasi petani, walaupun harganya terjangkau. Beberapa petani di Indonesia, setelah mengetahui keuntungan yang di dapat dari tanaman klon dan cara mengokulasi, mengembangkan sendiri teknik okulasi langsung. Teknik ini lebih murah dibandingkan dengan membeli okulasi mata tidur meskipun tenaga okulator harus didatangkan dan mempunyai keuntungan ekologis sebagaimana yang diterangkan oleh petani selama wawancara pengetahuan lokal dengan menggunakan metode KBS (Knowledge-Based-System). Dibandingkan dengan okulasi tanaman di pembibitan, okulasi langsung dapat menghasilkan tanaman.
Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan Memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia.

6. Budidaya
Syarat Tumbuh :
1.      Iklim
Daerah yang cocok untuk penanaman karet adalah pada zona 15ºLS-15ºLU, bila tanaman berada diluar zona tersebut pertumbuhannya agak lambat sehingga memulai produksi pun lebih lambat. Curah hujan yang cocok untuk tanaman karet adalah tidak kurang dari 2000 mm, otimumnya antara 2500-4000 mm/tahun yang terbagi dalam 100-150 hari hujan. Tanaman karet dapat tumbuh optimal yaitu pada ketinggian 200 m dpl. Ketinggian lebih dari 600 m dpl tidak cocok lagi untuk ditanaman karet.


2.      Tanah
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah baik pada tanah vulkanis muda maupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat fisik yang cukup baik, tertutama dari segi tekstur, struktur, solum, kedalaman air tanah dan drainasenya. Akan tetapi sifat-sifat kimianya kurang baik karena kandungan haranya relatif rendah. Tanah-tanah aluvial umumnya cukup besar, tapi sifat fisiknya terutama aerase drainasenya kurang baik. Pembuatan saluran-saluran drainase akan menolong perbaikan tanah ini
3. Media Tanam
Lahan pembibitan tanaman karet dipilih yang datar, bebas dari jamur akar putih, jangan bekas niatan (bekas tanaman yang mati), dekat sumber air, tidak tergenang, tidak terdapat lapisan padas, drainase baik dan permukaan air tanah tidak kurang dari kedalaman 1 meterBahan organik penting artinya bagi kesubutan tanah. Peranannya yang terpenting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, biologis dan dapat membuat unsur hara dari bentuk tersedia menjadi bentuk yang lebih tersedia untuk pertumbuhan tanamanPartikel-partikel pasir yang ukurannya jauh lebih besar dan memiliki permukaan yang kecil (dengan berat yang sama) dibandingkan dengan debu dan liat. Oleh karena itu peranannya dalam mengatur sifat-sifat kimia tanah adalah kecil, maka fungsi utamanya adalah untuk perbaikan sifat-sifat tanah. Semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, semakin banyak pori-pori diantara partikel tanah dan hal ini dapat memperlancar gerakan udara/air Lumut spagnum merupakan media terbaik untuk menyemaikan bahan tanaman stump mata tidur yang akan dikirim sampai saat ini, namun lumut tersebut hanya dapat dijumpai di daratan tinggi oleh karena itu dapat juga diganti dengan media yang lebih efektif
4. Penggosokan Benih
Benih rekalsitran adalah sifat benih cepat menurun viabilitasnya dan menurunkan kadar air yang tinggi (20-50%). Sedangkan benih orthodok adalah sifat benih yang dapat disimpan lama (tidak cepat menurun viabilitasnya) pada kondisi air benih yang rendah (4-8%) dalam penyimpanan, karet merupakan benih rekalsitran.
Kulit benih menjadi penghalang masuknya air dan gas kedalam benih dalam perkecambahan. Selain itu, kulit benih menjadi penghalang manculnya kecambah pada proses perkecambahan. Dormansi ini dapat dipatahkan dengan memberi perlakuan terhadap kulit benih seperti pelukaan dan penggosokan benihSalah satu cara untuk memecah dormansi adalah dengan skarifikasi yang mencakup cara-cara seperti mengikat atau menggosok biji dengan kertas amplas. Dimana semuanya bertujuan untuk memecah kulit biji yang keras, sehingga benih akan berkecambah.Pemecahan dormansi atau kulit biji biasa dinamakan dengan skarifikasi atau penggoresan itu dilakukan dengan menggunakan pisau, kikir dan kertas amplas
5. Perkecambahan Benih
Sebuah benih dikatakan berkecambah adalah apabila benih tersebut telah menempatkan adanya pertumbuhan akar dan tunas padanya, tanaman yang memiliki biji rekalsitran yaitu biji yang mengandung kadar air yang tinggi dan memiliki daya kecambah dan viabilitas yang tinggi. Akan tetapi, biji karet yang memiliki kecambah yang tinggi dan viabilitas yang tinggi tetapi biji karet memiliki cangkang yang kuat membuat perkecambahan agak sulit karena biji yang tumbuh terhalang cangkang keras Benih karet yang terseleksi dikecambahkan di bedengan tanah berpasir dan ternaungi serta disiram setiap hari. Benih disebar dengan posisi perut kecambah (menghadap media) dan dibenamkan 2/3 bagian kedalam tanah